MEWUJUDKAN PEMILU DAMAI DEMI KEMAJUAN DAN MARTABAT BANGSA

Jaka – BeritaGaruda

BeritaSatuPhoto/Joanito De Saojoao.

Pesta demokrasi yang diadakan per lima tahun sekali merupakan sebuah momentum yang dapat dibilang sakral bagi masyarakat yang masih merindukan keadilan dan kesejahteraan. Pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum seringkali memberikan banyak kejutan dan tak jarang pula menimbulkan sikap pro dan kontra dikalangan masyarakat umum.

Setiap warga Negara tentu menginginkan pemilu yang damai dan berkeadilan yang nantinya berdampak pada terpilihnya orang-orang yang memiliki kompetensi untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Setiap kali menjelang pemilihan umum, Implikasi atau keterlibatan langsung yang dilakukan partai politik dalam mendukung terwujudnya cita-cita luhur bangsa yang tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar akan menjadi konsumsi dan obrolan hangat masyarakat luas, perbincangan yang dilakukan adalah merupakan sebuah evaluasi etis yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia yang memahami dengan baik arti dari demokrasi.

Komunikasi vertikal yang ada di dalam partai politik membuat masyarakat juga menilai siapa ketua umum dari organisasi partai politik tersebut, walaupun terkadang keputusan pribadi seorang kader politik merupakan hak prerogatif dan tanpa adanya intervensi atau campur tangan dari petinggi partai, namun hal ini masih tetap menjadi sebuah pertimbangan dalam menentukan pilihan. Disisi lain, banyak juga yang masuk partai politik hanya untuk mewujudkan kepentingan pribadi. Jangan sampai pada akhirnya partai politik hanya menjadi komoditas pertaruhan yang hanya memperjualbelikan integritas dan kredibilitas dengan bebas.

 Menjaga martabat bangsa merupakan tanggungjawab kita bersama sebagai warga Negara. Maka dari itu, perlu adanya perspektif yang lebih luas dalam menghadapi tahun-tahun politik. Beberapa masalah yang akan terjadi menjelang pemilu seperti banyak tersebarnya hoax, politik identitas, black campaign, hate speech dan masih banyak lagi yang tentunya itu semua tidak sejalan dengan nilai luhur pancasila.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat juga menjadi salah satu faktor yang mendorong informasi-informasi beredar begitu cepat dan mudah untuk didapatkan. Sehingga yang terjadi adalah surplus informasi yang tentunya tidak semua informasi itu mengandung nilai positif ataupun kebenaran. Pemahaman terkait informasi yang salah jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat bisa menyebabkan efek domino, yang dampaknya akan dirasakan oleh banyak pihak dan akan sangat merugikan.

Maka, sebelum membagikan sebuah informasi alangkah baiknya jika kita bisa memilih dan memilah, mana berita yang valid dan mana yang sekedar mencari sensasi. Karena terkadang narasi-narasi kebencian dan kebohongan yang digunakan oleh orang maupun media terlihat lebih menarik, walaupun sebenarnya tidak memiliki value, karena tidak berdasarkan fakta yang ada. Dengan mengonsumsi informasi-informasi yang tidak tepat secara terus menerus akan menyebabkan pemikiran dan pemahaman yang keliru. Dan ini akan menjadi sebuah hal yang dapat menjadi penghambat bagi kemajuan sebuah Negara, khususnya di Indonesia. Karena salah satu faktor yang dapat memecah belah persatuan adalah devide et impera atau politik adu domba seperti membenturkan suku, ras, agama dan antar golongan yang ada di Indonesia.

Persatuan di atas kemajemukan masyarakat dan budaya yang ada di Indonesia adalah warisan yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu, kedewasaan dan kebijakan dalam bersikap dan berpendapat baik melalui percakapan secara langsung maupun melalui media sosial menjelang pemilu merupakan hal yang penting untuk di pahami seluruh warga Negara dalam upaya menjaga martabat bangsa, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan demi terwujudnya kemajuan bersama.

Bagikan kebaikan
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments